Thursday, November 21

indahnya SABAR

Sabar bukanlah bererti menyerah tanpa usaha. Tetapi sabar juga bukanlah perjuangan tanpa hasil. Sabar adalah taman kesejukan di antara ikhtiar yang sunguh-sungguh dan tawakkal yang optomum. Sabar adalah melahirkan keyakinan yang kuat terhadap janji Allah.


Dengan sabar hati akan percaya, bahawa Allah akan segera menyambut niat dan keinginan tulus seorang hamba.

Apa agaknya akan terjadi sekiranya hati dipenuhi dengan cita-cita menggunung dan kehendak yang terlalu memaksa? Tenang akan habis, dan niat suci pun akan terbakar oleh obsesi dan prasangka buruk terhadap Allah. Maka sabar adalah sikap pertengahan seorang yang beriman.

Tiada situasi yang paling indah melainkan dengan kewujudan rasa sabar, sama ada ketika susah ataupun senang. Dia menjalankan kewajibannya dengan benar, meninggalkan hal-hal terlarang, redha terhadap musibah dan taqdir Allah, dan di masa yang sama hatinya sentiasa berpaut kepada tali Allah apa pun keadaannya.


Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan perkukuhkanlah kesabaran kamu.” (Surah Ali ‘Imran, 3: 200)



Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
“Amat menakjubkan urusan orang yang beriman kerana setiap urusannya adalah baik, dan itu tidak akan berlaku kepada seorang pun kecuali kepada orang beriman. Jika dia mendapat sesuatu yang menyenangkan dia bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya. Dan jika dia ditimpa kesusahan dia bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya.” (Hadis Riwayat Muslim, no. 2999)

Kata al-Hasan al-Bashri rahimahullah (Wafat: 110H):
“Mereka diperintahkan agar sentiasa bersabar dalam menjalankan agamanya yang diredhai oleh Allah ‘Azza wa Jalla, iaitu Islam. Sehingga mereka tidak meninggalkannya sama ada pada waktu lapang ataupun sukar, pada ketika senang atapun susah, sehinggalah mereka mati dalam keadaan Muslimin (sebagai orang yang berserah diri).” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/195)


Dari sini difahami bahawa Allah Ta’ala sebenarnya memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar tetap teguh berbuat taat, meninggalkan apa jua bentuk kemaksiatan, redha terhadap taqdir-Nya, serta perlu berusaha untuk menangani hal-hal di persekitarannya dengan penuh kesabaran.

Jadi, fahamilah hakikat sabar dengan baik-baik. Kerana ganjaran bagi orang yang bersabar adalah tanpa batas dan tidak terkira banyaknya. Dari sisi Allah-lah balasannya.


Allah Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa hisab (tidak terkira).” (Surah az-Zumar, 39: 10)


Manakala mereka yang tidak sabar, maka dia akan celaka. Diikuti dengan sabar, rasa syukur dan redha pula pasti akan mengiringi. Fahamilah semua ini dengan lebih terperinci lagi melalui buku hasil karya Imam Ibnul Qayyim rahimahullah ini. Sebuah pengungkaran keindahan sabar, syukur, dan redha serta rahsia-rahsia (hikmah) di balik hakikat tersebut. 





Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Apabila Allah menghendaki hamba-Nya mendapatkan kebaikan maka Allah segerakan baginya hukuman di dunia. Dan apabila Allah menghendaki keburukan untuknya maka Allah akan menahan hukumannya sampai akan disempurnakan balasannya kelak di hari kiamat.” (HR. Tirmidzi, hadits hasan gharib, lihat as-Shahihah [1220]).

Di dalam hadits yang agung ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitakan bahwa ada kalanya Allah ta’ala memberikan musibah kepada hamba-Nya yang beriman dalam rangka membersihkan dirinya dari kotoran-kotoran dosa yang pernah dilakukannya selama hidup. Hal itu supaya nantinya ketika dia berjumpa dengan Allah di akhirat maka beban yang dibawanya semakin bertambah ringan. Demikian pula terkadang Allah memberikan musibah kepada sebahagian orang akan tetapi bukan kerana rasa cinta dan pemuliaan dari-Nya kepada mereka namun dalam rangka menunda hukuman mereka di alam dunia sehingga nanti pada akhirnya di akhirat mereka akan menyesal dengan tumpukan dosa yang sedemikian besar dan begitu berat beban yang harus dipikulnya ketika menghadap-Nya. Di saat itulah dia akan merasakan bahwa dirinya memang benar-benar layak menerima seksaan Allah. Allah memberikan kurnia kepada siapa saja dengan keutamaan-Nya dan Allah juga memberikan hukuman kepada siapa saja dengan penuh keadilan. Allah tidak perlu ditanya tentang apa yang dilakukan-Nya, namun mereka 'para hamba' itulah yang harus dipertanyakan tentang perbuatan dan tingkah polah mereka (diolah dari keterangan Syaikh Muhammad bin Abdul ‘Aziz al-Qor’awi dalam al-Jadid fi Syarhi Kitab at-Tauhid, hal. 275).




Setelah kita mengetahui betapa indahnya sabar, maka sekarang pertanyaannya adalah "sudahkah kita mewujudkan nilai-nilai kesabaran ini dalam kehidupan kita? Sudahkah kita menjadikan sabar sebagai pilar kebahagiaan kita? Sudahkah sabar mewarnai hati, lisan, dan gerak-gerik anggota badan kita?"





No comments:

Post a Comment